Tengah bulan Desember tahun 2012 ini saya dan istri berkesempatan untuk berkunjung ke Forbidden City di Beijing. Untuk membahas mengenai Forbidden City, selain saya tidak merasa cukup mampu, jelas akan membutuhkan waktu, penelitian, dan tulisan yang sangat panjang, yang mana menjadi semakin tidak efisien ketika dilakukan oleh orang yang - seperti saya - sama sekali bukan ahlinya. Oleh karena itu tulisan singkat ini hanya akan sekadar menceritakan apa yang saya lihat dan rasa saja, sekadar sebuah ekspresi kekaguman saja.
***
Ketika merancang suatu komposisi fungsi dengan serius, katakanlah misalnya sebuah rumah tinggal sederhana, ada tahapan di mana arsitek akan memilah-milah setiap fungsi yang akan diadakan untuk dipelajari, diadaptasi, dimodifikasi, untuk kemudian direkonstruksi dalam sebuah rancangan yang sedapat mungkin bisa menjamin fungsionalitas, estetika, dan pengalaman ruang yang terjadi ketika pada saatnya nanti masing-masing fungsi spesifik tersebut dilakoni oleh penggunanya. Masing-masing fungsi yang berbeda di dalam sebuah rumah tinggal akan memiliki ciri khas, kebutuhan, keharusan, dan kompleksitasnya sendiri.
Kebutuhan, keharusan, dan kompleksitas toilet jelas akan berbeda dengan dapur, yang juga berbeda dengan ruang keluarga dan ruang tidur, yang mana berbeda pula antara ruang tidur utama, anak, tamu, atau service.
Pada gilirannya, arsitek akan merancang bagaimana fungsi-fungsi tersebut akan saling bertemu, berhubungan, berikatan, dan berinteraksi, secara langsung atau tidak langsung, lagi-lagi dengan caranya masing-masing yang khas. Bagaimana ruang tamu akan "bertemu" dengan ruang keluarga, ruang makan, dan dapur. Bagaimana hubungan antara dapur dengan kamar tidur dan ruang luar serta ruang tamu. Bagaimana toilet publik terhadap ruang tamu dan ruang keluarga.
Setiap fungsi memiliki karakteristiknya sendiri dan antar satu fungsi dengan yang lainnya memiliki karakteristik hubungannya sendiri pula; yang mana kedua hal tersebut terdiri dari banyak aspek yang harus dipertimbangkan, seperti sirkulasi, bukaan, kelayakan, penempatan (positioning), pengudaraan, pencahayaan, keterlihatan, keterjangkauan, keamanan, keselamatan, dan lain-lain.
***
Jika sebuah rumah tinggal sederhana saja sudah serumit itu ketika dirancang dengan serius, saya cukup terpana membayangkan betapa kompleksnya perancangan yang dilakukan untuk Forbidden City.
Hal pertama yang membuat Forbidden City menjadi sangat kompleks adalah fungsi majemuk yang berada di dalamnya. Dipilah-pilah berdasarkan pelakunya, deretan fungsi-fungsi tersebut secara garis besar terdiri dari Kaisar, permaisuri dan pangeran yang bisa mencapai angka puluhan hingga ratusan, para selir - yang berjumlah ribuan, para kasim, menteri, dan jenderal dengan stafnya masing-masing, pengurus rumah tangga istana, para pesuruh, budak, dan tahanan kerja-paksa di kandang kuda.
Masing-masing fungsi tersebut dipecah-pecah lagi menjadi berbagai macam kegiatan spesifik yang harus dilayani, kita ambil contoh pelaku yang pertama - Sang Kaisar, fungsi utamanya akan dipenuhi oleh berbagai macam fungsi spesifik, seperti ruang auditorium dan istana tempat diletakkannya singgasana - yang mana terdapat cukup banyak jumlahnya, ruang belajar, ruang pertemuan, ruang tidur dan istirahat, ruang pesta, ruang makan, dan lain-lain. Ditambah lagi dengan fungsi-fungsi independen seperti galeri, perpustakaan, ruang penyimpanan, ruang-ruang rahasia, penyelenggaraan ujian negara, hukuman mati, dan entah apa lagi.
Hal kedua yang membuatnya menjadi semakin kompleks adalah ketika fungsi-fungsi tersebut, dengan segala rupa komponen, pendukung, dan penunjangnya harus disusun dalam suatu kesatuan komposisi yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Seperti juga ketika fungsi kamar tidur bertemu dengan fungsi dapur atau ketika fungsi toilet bertemu dengan fungsi ruang tamu dalam suatu perancangan rumah tinggal sederhana, di dalam Forbidden City, ada begitu banyak fungsi yang bertemu dan saling berinteraksi satu sama lain.
Mulai dari ruang singgasana milik representasi Kaisar Langit di muka bumi, alias Kaisar itu sendiri, hingga kandang kuda dan barak tidur para pekerja kebersihan, mulai dari taman indah tempat kaisar dan para selirnya saling mencumbu, hingga tempat para menteri merancang strategi perang, dari altar di mana keluarga kerajaan menyembah langit hingga jalan di mana gerobak pembuang tai kuda melintas.
Akan tidak lucu jika rute perjalanan Kaisar dari singgasana menuju ruang kerja dipotong oleh rute kereta pembawa tai kuda. Sama tidak lucunya jika dari ruangan di mana para menteri merancang strategi perang terlihat kaisar sedang menggoda selirnya. Akan jadi masalah pula jika dari altar tempat memuja kaisar langit dan leluhur tercium aroma khas kandang kuda.
Seluruh fungsi-fungsi tersebut dikomposisikan dalam suatu tata-ruang yang harmonis, tidak saling merusak satu sama lain, tidak saling mengganggu, dengan hirarki yang tepat. Sama sekali bukan pekerjaan yang mudah, sejak ada sebegitu banyak fungsi dan ada sedemikian besar jeda antara hirarki yang tertinggi hingga hirarki yang terendah.
Hal ketiga yang akan menambah sulit proses perancangan adalah harus diadakannya jaringan keamanan, service, dan utilitas untuk menunjang seluruh kegiatan di balik tembok Forbidden City. Ada sekitar 8,600 ruangan dengan fungsi dan kegiatannya masing-masing, di dalam area seluas 720,000 meter persegi yang dikelilingi oleh tembok dan empat menara pengawas, dengan bangunan utama berupa lima buah auditorium dan tujuh belas istana.
Fungsi-fungsi utama akan memiliki sistem keamanannya masing-masing, yang terintegrasi dengan sistem keamanan keseluruhan. Demikian juga dengan service dan utilitas, jalur lalu-lintas kereta kuda pembawa rumput untuk kuda, jalur pekerja melintas, jalur bahan makanan untuk rumah tangga istana, jalur bahan makanan khusus kaisar, tempat pakaian kaisar harus dicuci dan dijemur, penyimpanan dan distribusi lentera, tempat air minum ditampung dan makanan kaisar dimasak, jangan lupakan bahwa para menteri dan kasim serta pekerja paling rendah juga membutuhkan makanan dan minuman. Sistem drainase yang baik pun harus direncanakan untuk menunjang kompleks istana yang berundak-undak dan bertembok-tembok.
Walaupun belum diperlukan perancangan utilitas listrik, air-conditioning, serta elevator - karena memang pada waktu itu hal-hal tersebut belum lagi ditemukan; dapat dibayangkan bahwa merancang sistem pendukung untuk Forbidden City sudah cukup mendekati kerumitan neraka.
Akhirnya, yang membuat semuanya menjadi sungguh luar biasa rumit adalah kenyataan bahwa tempat itu merupakan suatu komposisi fungsi yang sepanjang hari dan sepanjang tahun terus-menerus aktif dan digunakan. Berbeda dengan bangunan kuil (seperti Borobudur) yang hanya digunakan secara ekstensif untuk satu atau dua fungsi pada momen-momen tertentu, atau kuburan super megah (seperti Taj Mahal dan Piramida) yang setelah selesai masa konstruksi tidak ada lagi kegiatan yang dilakukan di dalamnya.
Dengan kata lain, melihat waktu penggunaannya yang full-time dan rentang penggunaannya yang berlangsung selama 500 tahun sejak dibangun oleh dinasti Ming dan juga digunakan oleh dinasti Qing, menjadi tempat tinggal sekaligus pusat pemerintahan untuk 24 kaisar, berakhir hingga berdirinya Republik, fungsi dan kegiatan di dalam Forbidden City haruslah bersifat berkelanjutan, atau istilah khasnya adalah "sustainable".
***
Melihat sedemikian banyak dan sedemikian majemuk dan sedemikian besar rentangan hirarki fungsi-fungsi yang ada di dalamnya, sedemikian kompleks tata ruang yang harus dilakukan dengan harmonis, dan betapa rumitnya jaringan service, keamanan, dan utilitas yang harus disediakan, serta sifat penggunaannya yang terus menerus tanpa henti sepanjang waktu; tidak mengherankan kalau ia tidak hanya disebut sebagai sebuah istana, melainkan sebuah City, sebuah Kota: Kota Terlarang.
Tetapi hal mengagumkan lainnya adalah kerumitan skala sangat besar dari aspek-aspek fungsional, tata-ruang, service, keamanan, dan utilitas di atas ternyata tidak menyurutkan kerumitan detail dari perancangannya; baik itu dari sudut pandang fungsional, keindahan, maupun simbolisme puitis.
Mulai dari simbolisme hirarki dari orang yang menempati suatu bangunan melalui ujung atapnya, penggunaan dan pengolahan bahan bangunannya, simbolisme pada teras-teras auditorium, pewarnaan elemen-elemen bangunan, dan luar biasa banyaknya detail arsitektur yang tumpah ruah di seluruh tempat ini. Untuk bagian ini, saya lebih merasa tidak mampu lagi untuk membahasnya, karena gaya yang digunakan pun jelas gaya arsitektur klasik Cina, untuk itu paling baik kita mencari sumber lainnya saja. Misalnya seperti beberapa tautan di bawah ini:
http://www.hup.harvard.edu/catalog.php?isbn=9780674063969
http://books.google.co.id/books?id=UfKl33X8HZgC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false
http://www.chinese-architecture.info/PEKING/PE-005.htm
http://www.ebeijing.gov.cn/Elementals/eBeijing_Neighbourhood/t1048557.htm
http://www.drben.net/ChinaReport/Beijing/MapsofBeijing/Forbidden_City-Gugong_Maps/ForbiddenCityMap2.html
Begitulah bayangan kerumitan luar biasa yang dihadapi sang Arsitek, Cai Xin dan Nguyen An, bersama dengan 100 ribu seniman dan (mencapai) sejuta orang pekerja.
***
Satu hal terakhir yang membuat Forbidden City menarik adalah kaitannya dengan sejarah modern Cina. Sesudah berdirinya Republik yang mengakhiri zaman kekaisaran, Forbidden City dijadikan Palace Museum oleh pemerintah Cina. Sejak saat itu, pemerintah Cina, atau mungkin para perancang kota Beijing dalam sejarah modernnya tidak begitu saja menjadikan Palace Museum sebagai museum masa lalu, melainkan merangkai sejarah modernnya secara puitis saling bertanggapan dengan sejarah masa lalunya.
Hampir di tengah-tengah lapangan Tian An Men, tepat berhadap-hadapan dengan gerbang utama Forbidden City, didirikan Monument to the People's Heroes di mana di belakangnya terdapat Mausoleum untuk Mao Zedong. Di kanan dan kirinya saling berhadap-hadapan adalah Great Hall of the People sebagai gedung kongres Partai Komunis Cina dan National Museum of China di seberangnya.
Pada bagian tengah gerbang utama itu sendiri dipasang foto besar Mao Zedong, dengan dua buah tulisan dalam bahasa Mandarin di kanan dan kirinya yang berarti "Long Live the People's Republic of China" dan "Long live the Great Unity of the World's Peoples".
Sebutan "Long Live" pada masa kekaisaran adalah khusus diperuntukkan hanya untuk Kaisar. Sejarah modern Cina mempergunakannya untuk "seluruh rakyat dunia", seperti Forbidden City itu sendiri.
Long live the Great Unity of the World's Peoples!
No comments:
Post a Comment